Makin meningkat, konflik Hizbullah-Israel, picu perang besar

0
90
Pewarta: Arie I Editor: Ct’80 I Edisi: Selasa 24/0/2024
Ket Berita: Konflik I Dunia
DUNIA-Libanon-Swaraproletar.id– Konflik antara Israel dan Hizbulllah semakin meningkat memicu terjadinya eskalasi perang secara besar-besaran.
Pada Minggu (22/9/2024) malam, ketegangan di wilayah perbatasan semakin meningkat karena serangan dahsyat terhadap sistem komunikasi Hizbullah.
Melansir Al Jzeera.com, banyak yang terjadi selama beberapa hari terakhir.
Pada Sabtu (21/9), Israel menyerang pinggiran Beirut mengakibatkan 66 orang terluka dan 14 orang tewas, termasuk Komandan Senior Hizbullah.
Pada Minggu malam, Israel melancarkan 400 serangan roket terhadap Lebanon.
Di sisi lain, Hizbullah menembakkan puluhan roket ke Pangkalan Udara Ramat David di dekat Kota Haifa, Israel.
Tidak ada korban dalam serangan rudal tersebut.
Sebelumnya Israel telah menyerang Lebanon, menyebabkan dua orang tewas dan 74 lainnya luka-luka.
Dalam serangan tersebut juga menewaskan Komandan Senior Hizbullah, Fuad Shukr.
Kurang dari dua bulan, Israel kembali menargetkan serangan terhadap Hizbullah.
Hizbullah telah terlibat baku tembak dengan Israel sejak perang di Gaza pada bulan Oktober.
Hizbullah menyatakan pihaknya mendukung sekutunya Hamas di Palestia.
Kini Israel mengalihkan perhatiannya ke utara dengan menyerang Hizbullah.
Dalam seminggu terakhir, Hizbullah telah mendapatkan serangan terhadap sistem komunikasinya sebanyak dua kali.
Hizbullah mengatakan serangan tersebut adalah tanggung jawab Israel.
Namun, Israel tidak angkat bicara sama sekali, pihaknya malah meningkatkan jumlah pasukan di wilayah perbatasan.
Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, membicarakan terakit “babak baru” dalam perang di Gaza.
Gallant mengumumkan Israel telah mengerahkan Divi ke-98 yang terdiri dari 10.000 hingga 20.000 tentara.
Divisi tersebut bergabung dengan Komando Utara Israel yang beranggotakan empat brigade bersenjata di dekat perbatasan Lebanon.
Pada tanggal 17 dan 18 September, ledakan pager dan walkie-talkie milik Hizbullah mengakibatkan 37 orang tewas dan ribuan orang terluka.
“Serangan tersebut memicu tanggapan dramatis dari Hizbullah,” kata seorang Analis pada Al Jazeera.
Konflik antar Hizbullah dan Israel menyebabkan sekutu lain terlibat.
Pada tahun 1982, kelompok Hizbullah mulai berdiri sebagai bentuk tanggapan invasi Israel terhadap Lebanon.
Sejak saat itu, Iran mulai bekerja sama dengan Hizbulllah.
Iran merupakan salah satu negara dengan kekuatan militer terkuat di kawasan tersebut karena memiliki salah satu tentara konvensional terbesar.
Iran memiliki jaringan aliansi yang luas, seperti Hamas di Gaza dan Houthi di Yaman.
Amerika Serikat adalah negara yang berupaya melawan pengaruh Iran.
Amerika Serikat sering terlibat konflik dengan Iran karena perebutan pengaruh regional.
Hingga kini kedua negara tersebut berada di posisi yang bertolak belakang, di mana Amerika Serikat mendukung Israel dan Iran bersekutu dengan Hizbullah (Lebanon).
Amerika Serikat dan Iran menyadari konflik antara Israel dengan Hizbullah semakin meningkat memicu terjadinya eskalasi.
Keduanya juga menyadari risiko apa saja yang mungkin ditimbulkan oleh eskalasi tersebut.
Korps Garda Revolusi Islam Iran, Hossein Salami, menjanjikan respons yang akan menghancurkan poros perlawanan, setelah insiden ledakan pager di Lebanon.
Pada April 2024, Israel telah memprovokasi Iran dengan melancarkan serangan udara terhadap Konsulat Iran di Damaskus, Suriah.
Namun, respons Iran masih terlihat netral.
Sementara itu, Diplomat AS menjadi perantara perundingan tidak langsung antara Israel dengan Hamas.
Hal tersebut dilakukan agar keduanya mencapai kesepakatan tanpa adanya gencatan senjata.
Meskipun AS menyatakan dukungannya terhadap Israel, pihaknya sadar terhadap bencana yang akan timbul apabila terjadi eskalasi.
Baku tembak roket antara Hizbullah dan Israel menyebabkan wilayah utara Israel menjadi tidak aman.
Seiring berlangsungnya ketegangan selama puluhan tahun, perang Hizbullah dengan Israel dianggap sesuatu yang tidak dapat dihindari.
Banyak juga yang menuduh meningkatnya ketegangan ini dimanfaatkan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu demi kepentingan politiknya.
Kekhawatiran tersebut juga disampaikan oleh Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, pada bulan Juni.
Banyak yang menuduh Netanyahu menggagalkan potensi perjanjian gencatan senjata, saat Hamas menyandera penduduk Israel pada 7 Oktober.
“Tidak ada strategi, tidak ada visi, tidak ada apapun. Merak hanya menjalani hari demi hari dan berasumsi perang akan terjadi,” kata Analis Politik dari Tel Aviv, Ori Goldberg, minggu lalu.
Sumber Berita: (Magang TribunWow.com/Suci Nur Aini)
By Redaksi: swaraproletar.id@merahmerdeka
Artikulli paraprakRumah Proletar Indonesia Akan segera gelar Aksi, terkait berbagai kasus 10 Kab Kota di Bengkulu
Artikulli tjetërTrump mengatakan Zelenskiy ingin Demokrat memenangkan pemilu AS

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini